20.5.25

Wakili KKMD Jateng, IKAMaT Hadiri Kegiatan Semiloka Tata Kelola Ekosistem Mangrove dan Karbon Mangrove di Jakarta

Jakarta - IKAMaT. IKAMaT kembali menghadiri undangan kegiatan yang bertajuk “Semiloka Tata Kelola Ekosistem Mangrove dan Karbon Mangrove” mewakili Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bertempat di Hotel Ayana Mid Plaza Jakarta. (5/11/2024).
Pembahasan pada acara semiloka yang dihadiri oleh berbagai tamu undangan dari instansi pemerintah kementerian, swasta, dan Non-Governmental Organization (NGO) baik dalam negeri maupun luar negeri ini, berfokus pada Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) komponen satu, yaitu penekanan pada penguatan kebijakan dan tata kelola mangrove. M4CR sendiri memiliki empat komponen yang direncanakan akan dijalankan. 

Pada kesempatan ini, IKAMaT diwakili oleh Paspha G. M. Putra (Manajer Hubungan Masyarakat dan Lapangan) dan Yuzra Novrian (Staf Hubungan Masyarakat dan Lapangan). 

M4CR ini merupakan sebuah program yang difokuskan pada rehabilitasi hutan mangrove dan pemberdayaan masyarakat pesisir untuk meningkatkan ketahanan pesisir terhadap dampak perubahan iklim dan bencana alam. Kegiatan ini bekerja sama dengan World Bank yang melakukan pendanaan sebesar US$ 400 juta sebagai bentuk komitmen dalam membantu restorasi mangrove pada empat area proyek yang tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. 

“Pada kegiatan kali ini, kami mewakili KKMD Jateng mengikuti kegiatan Semiloka Tata Kelola Ekosistem Mangrove dan Karbon Mangrove di Jakarta,” kata Yuzra. “Harapannya informasi yang kami dapatkan dapat kami sampaikan dengan baik untuk keberlangsungan pelestarian ekosistem mangrove di Jawa Tengah,” tambahnya. 

Pendanaan tersebut sekaligus merespon target rehabilitasi mangrove seluas 600.000 ha di Indonesia melalui Perpres No. 20 Tahun 2020 tentang Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). Terbentuk pula program kerja sama pemerintah Indonesia dengan World Bank melalui pendanaan tersebut yang diberi nama M4CR yang mana dalam implementasinya akan didukung oleh beberapa instansi negara, seperti Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), KLHK, BRGM, dan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH). 

Selain menjadi ajang berkumpul penggiat mangrove dunia maupun nasional, kegiatan ini menjadi penyelaras terhadap pengelolaan, inventarisasi, dan pemanfaatan serta perhitungan karbon yang seluruh hal tersebut disampaikan melalui materi oleh beberapa instansi pemerintah. Topik yang disampaikan melalui materi tersebut, yaitu: 
1. Tata Kelola Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Indonesia yang disampaikan oleh Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove.
2. Inventarisasi Hutan pada Kesatuan Lanskap Mangrove yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. 
3. Tata Kelola dan Perhitungan Karbon Mangrove yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK. 
4. Blue Carbon Offset Readiness yang disampaikan oleh Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan & Kehutanan Kemenko Marves. 

Adanya penyelarasan pada kegiatan restorasi mangrove terutama pada tata kelola ekosistem mangrove menjadi penting untuk menjaga ekosistem yang sudah ada maupun yang akan ada karena ekosistem mangrove sangat penting kaitannya dengan penyimpanan karbon. 

"Karbon mangrove merupakan ekosistem yang sangat vital dalam strategi mitigasi perubahan iklim. Untuk itu, tata kelola karbon mangrove di Indonesia perlu mendapat perhatian lebih dari semua stakeholder, baik pemerintahan, NGO, akademisi, dan masyarakat pesisir," ujar Paspha. “Oleh karena itu, kami berharap dengan adanya semiloka ini dapat mendukung pelestarian ekosistem mangrove untuk upaya memitigasi perubahan iklim di dunia,” katanya lebih lanjut. 

Adanya program kerja sama antara pemerintah dengan World Bank diharapkan dapat membantu restorasi hutan mangrove seluas 75.000 ha yang tersebar dalam empat area proyek. Restorasi hutan mangrove tersebut juga diharapan dapat memiliki nilai ekonomi karbon sebesar US$58,6 juta dalam lima tahun setelah dilakukan restorasi. 

Keseluruhan kegiatan ini berlangsung dengan baik dan lancar yang diakhiri dengan foto bersama. (ADM/ARH/YN/AP).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar