25.7.24

IKAMaT Dampingi Kelompok Mangrove Patikang Berseri dan Kelompok Sadar Wisata Putri Gundul Studi Banding ke Kelompok Jaka Kencana di Karangsong, Indramayu

Indramayu - IKAMaT. IKAMaT dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Chandra Asri) sukses melakukan kegiatan Studi Banding Kelompok Mangrove Patikang Berseri (KMPB) dan Kelompok Sadar Wisata Putri Gundul (KSDPG) ke Kelompok Jaka Kencana (KJK) di Karangsong, Indramayu. Kegiatan ini merupakan implementasi dari Program Pembentukan Warga Binaan, Pendampingan, dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Aktivitas Pemanfaatan Hasil Bukan Kayu di Lembur Mangrove Patikang, Desa Citeureup, Pandeglang, Banten. (26-28/3/2024).

Kegiatan diawali dengan perjalanan menuju lokasi studi banding, pembukaan, sambutan, penyampaian pengantar studi banding, studi banding manajemen pengelolaan mangrove, penyerahan kenang-kenangan, dan penutupan.

Kegiatan studi banding diikuti oleh IKAMaT, Kepala Desa Citeureup, Ketua Pokdarwis Desa Citeureup, Ketua BUMDes Citeureup, Ketua BPD Desa Citeureup, dan Anggota KMPB.

Studi banding ini dilakukan di Ekowisata Mangrove Karangsong (EMK), Indramayu dengan pemandu, yaitu Abdul Latief (Ketua KJK). Dia memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai manajemen pengolahan buah mangrove, pengembangan organisasi kelompok warga binaan, dan pengelolaan kawasan ekowisata mangrove.

Hari I
Kegiatan hari pertama dimulai dengan registrasi peserta di Kantor Desa Citeureup yang dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Setelah semua peserta berkumpul dilanjutkan dengan briefing dan berdoa bersama, sebelum memulai perjalanan ke Indramayu.

Pemberangkatan dilakukan pada pukul 08.15 WIB-16.15 WIB yang dilanjutkan dengan istirahat dan salat di hotel. Peserta studi banding berkumpul kembali pukul 17.30 WIB untuk melakukan buka puasa bersama. Selanjutnya peserta kembali ke hotel untuk melakukan salat dan istirahat hingga waktu sahur bersama.

“Hari ini cukup melelahkan karena perjalanan jauh dari Desa Citeureup sampai Indramayu. Membutuhkan waktu kurang lebih delapan jam, tetapi kami tetap semangat waktu di perjalanan,” kata Jamilah (Anggota KMPB). “Walaupun hari ini puasa, tetapi kami tetap berniat kuat melanjutkannya hingga petang sehingga di jalan diberi kelancaran,” lanjutnya.

Hari II
Kegiatan hari kedua ini dimulai dengan registrasi peserta di hotel yang dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Setelah semua peserta berkumpul, dilanjutkan dengan briefing singkat dan berdoa bersama sebelum memulai perjalanan ke EMK, Indramayu. Pemberangkatan dilakukan pada pukul 08.15 WIB dan memerlukan waktu 15 menit perjalanan untuk sampai ke tujuan.

Setelah sampai di EMK, kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh MC pada pukul 08.30 WIB. Paspha G. M. Putra (Manajer Humas dan Lapangan) menyampaikan selamat datang kepada peserta studi banding yang telah jauh-jauh datang dari Desa Citeureup ke Indramayu. Pada hari ini, mereka akan belajar mengenai manajemen pengelolaan mangrove yang dipandu oleh Latief.

“Hari ini kita melakukan studi banding tentang manajemen pengelolaan mangrove berupa manajemen pengolahan buah mangrove, manajemen organisasi kelompok warga binaan, dan pengelolaan kawasan ekowisata mangrove,” kata Paspha. “Semoga kegiatan pada hari ini berjalan lancar, dan saya berharap semoga ilmu yang diberikan hari ini oleh Bapak Latief dapat diterima dengan baik,” lanjutnya.

Oman Suherman (Kepala Desa Citeureup) menyampaikan terima kasih kepada IKAMaT dan Abdul Latief yang telah mengizinkan berkunjung ke KJK untuk manambah ilmu mengenai pengelolaan mangrove. Diharapkan ilmu yang didapat dari Indramayu dapat diterapkan di Desa Citeureup.

"Ilmu dan pengalaman dari Bapak Latief ini sangat berguna, dan apabila Bapak dan Ibu dapat memetik dan menumbuhkan ilmu ini dengan baik, maka akan dapat berbuah dengan indah. Semoga pada hari ini kita semua diberi kekuatan untuk melaksanakan studi banding di EMK ini hingga selesai. Dengan keadaan kita yang sedang berpuasa, semoga hal ini tidak menjadikan kita lemah, tetapi harus semangat terus menerus untuk menimba ilmu,” kata Oman. “Saya berharap kepada Bapak dan Ibu semua yang ikut hadir dalam kegiatan studi banding ini, ilmu yang disampaikan oleh Bapak Latief dapat diterima dengan baik dan dapat diterapkan di Desa Citeuruep,” katanya lebih lanjut.

Latief mengucapkan selamat datang kepada warga Desa Citeureup. Dalam kegiatan ini, dia mengenalkan mengenai EMK, pengolahan buah, dan pembibitan mangrove. Dia juga menceritakan pengalamannya dalam mengelola mangrove yang sudah berjalan sejak tahun 2002 yang dimulai dengan memperbaiki ekosistem mangrove yang rusak hingga sekarang sudah dikenal banyak orang.

“Saya mengucapkan selamat datang untuk Bapak dan Ibu yang sudah datang ke Indramayu. Di sini kami telah mengembangkan ekowisata mangrove, olahan buah mangrove, dan pembibitan mangrove. Semoga ilmu yang akan kami sampaikan dapat berguna untuk Bapak dan Ibu sekalian,” kata Latief. “Saya harap ilmu dan pengalaman yang saya bagikan dapat diamati, ditiru, dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang ada di tempat Bapak dan Ibu,” lanjutnya.

Latief menjelaskan mengenai sejarah terbentuknya EMK dan KJK. Selain itu, dia juga menjelaskan mengenai produk olahan mangrove dan pembibitan yang terdapat di Indramayu.

Selanjutnya peserta studi banding diajak berkeliling sambil melihat beraneka ragam jenis mangrove yang ada di sana. Terdapat 34 jenis mangrove dan beberapa jenis burung yang ditemukan. Treking mangrove dan gazebo juga sudah tersedia untuk menunjang EMK.

KJK beranggotakan 30 orang yang terdiri dari nelayan, petani, dan pemuda di Desa Pabean Udik. Mereka menanam mangrove seluas 20 ha di kawasan tersebut dan mendirikan EMK.

“Saat itu, kami hidup sebagai petani dan juga sebagai nelayan. Kehidupan kami berkecukupan, sampai pernah merasakan manisnya keuntungan tambak udang windu dan ikan bandeng, tetapi nikmat hasil tambak tidak berjangka panjang. Tambak warga hancur dan udang pada mati dan stres,” kisah Latief. “Abrasi terlihat jelas, tak ada pohon pelindung. Kami menduga, maraknya penebangan hutan mangrove di kawasan itu sebagai biang keladi. Kala itu, kami mengakui memang tak paham konservasi mangrove. Tak mengerti juga cara memperbaiki pesisir. Hanya keinginan kuat menanam mangrove yang tertanam di dada kami,” lanjutnya.

Setelah selesai berkeliling di EMK Karangsong, peserta berfoto bersama di depan gapura sebelum melanjutkan ke destinasi berikutnya, yaitu kediaman Latief untuk belajar cara mengolah produk-produk mangrove.

Latief memperkenalkan berbagai produk olahan mangrove, diantaranya sirup, peyek, batik, kecap, dodol, wedang, dan lain-lain hingga 100 lebih.

“Di Rumah Berdikari ini, kami terbiasa merenung. Hunian ini memang dikelola sebagai tempat menuangkan ide dan kreasi. Di sini tersaji beragam produk olahan dan sederet penghargaan yang diraih,” kata Latief. “Kami telah membuat seratus produk lebih olahan mangrove yang dimanfaatkan dari hutan mangrove Karangsong. Dari seratus produk mangrove yang telah kami buat, kami telah memasarkannya hingga ke mancanegara,” lanjutnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan oleh Paspha kepada Latief.

Kunjungan Lapangan
Kunjungan ke kediaman Carman untuk belajar mengenai cara pembibitan mangrove adalah acara berikutnya. Carman menjelaskan mengenai teknik pembibitan mangrove yang baik, seperti tanah yang digunakan, proses pembibitan hingga siap tanam, dan pemilihan bakal bibit.

“Pembibitan mangrove kami lakukan di bedeng mangrove, di belakang rumah dekat dengan tambak. Bibit mangrove ini diambil dari pohon mangrove yang sudah berbuah dan tua karena baik untuk bakal bibit," jelas Carman. "Untuk pemilihan tanahnya sendiri, kami menggunakan tanah merah dan setiap pagi disiram dengan air hingga bibit telah siap tanam setelah berumur kurang lebih tiga bulan. Bibit mangrove yang telah kami budi daya terdapat dua jenis, yaitu Rhizophora dan Avicennia yang jumlahnya 70 ribu, berumur dua bulan,” lanjutnya.

Penutupan
Deden Sudiana (Ketua Pokdarwis Citeureup) mengatakan bahwa dirinya senang karena dapat belajar banyak tentang manejemen pengelolaan mangrove, seperti ekowisata, produk olahan mangrove bukan kayu, dan pembibitan mangrove.

“Terima kasih kepada IKAMaT yang telah memfasilitasi kegiatan studi banding pada hari ini. Terima kasih juga kepada Bapak Latief dan Bapak Carman atas ilmu yang diberikan pada hari ini. Semoga ilmu yang diberikan menjadi bekal manajemen pengelolaan mangrove yang ada di Desa Citeureup,” ujar Deden.

Hari Ketiga
Acara pada hari kedua berjalan dengan baik dan lancar yang diakhiri pada pukul 15.00 WIB dengan foto bersama. Pada hari ketiga, rombongan peserta studi banding kembali ke Indramayu.

“Saya sangat senang karena tiga hari ini telah melakukan studi banding manajemen pengelolaan mangrove ke Indramayu. Ilmu yang diberikan pun merupakan ilmu baru yang baru kami dapatkan, terutama untuk produk-produk olahan mangrove,” kata Umi  Kulsum (Ketua KMPB). “Kami juga senang dibawakan oleh-oleh dari Bapak Latief berupa wedang pesisir, dodol, dan peyek mangrove yang bisa kami coba bersama keluarga nanti setelah berbuka puasa,” katanya lebih lanjut.

Keseluruhan acara pada hari ketiga berjalan dengan baik dan lancar yang diakhiri pada pukul 15.30 WIB dengan penutupan acara di Kantor Desa Citeureup. (RS/AP/ADM).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar