Selain IKAMaT, pembicara yang dihadirkan dalam acara dengan target peserta anak muda ini, yaitu Jurnalis IDN Times yang diwakili oleh Dhana Kencana dan WALHI Jateng oleh Patria Risky Ananda.
Acara diawali dengan pembukaan oleh Arie Rostika Utami dari Yayasan Indonesia Cerah, yang menjelaskan mengenai agenda diskusi, serta memaparkan isu-isu iklim terkini sebagai pemantik diskusi, saat sesi berikutnya. Materi pertama disampaikan oleh Jurnalis IDN Times, dilanjutkan oleh IKAMaT dan terakhir oleh WALHI Jateng.
Saat penyampaian materi, Ganis mengungkapkan bahwa apa yang telah kita rasakan saat ini, yaitu adanya perubahan iklim yang memicu krisis iklim, merupakan akibat dari aktivitas manusia di masa lampau, yang terakumulasi sehingga mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim, khususnya di kawasan ekosistem mangrove dan pesisir Indonesia.
"Sejatinya, kita sekarang sebagai anak muda penerus bangsa, perlu menyadari kondisi ini sedini mungkin sehingga paling tidak, dapat melakukan tindakan-tindakan kecil yang dapat meminimalisir dampak buruk dari adanya krisis iklim," jelas Dirut.
Fokus penyampaian materi dari IKAMaT adalah pada aktivitas konservasi dan rehabilitasi di kawasan pesisir, khususnya ekosistem mangrove.
“Berdasarkan hasil pengamatan kami, mangrove yang berumur puluhan tahun-pun bisa tumbang, akibat dari perubahan iklim yang telah terjadi sekarang, sehingga yang perlu dilakukan saat ini adalah mitigasi yang berbasis adaptasi,” tambah Ganis.
Usai seluruh pembicara memberikan paparan, dilanjutkan dengan diskusi dan respon dari peserta yang hadir.
Pada saat sesi diskusi, Aris Priyono (KeSEMaT) juga menyampaikan pentingnya melakukan perubahan narasi dalam kampanye krisis iklim, seperti yang dilakukan KeSEMaT.
“Sudah saatnya, kita mengubah narasi-narasi untuk keperluan publikasi di media, ke arah yang lebih realistis dan terukur. Hal ini sudah saya buktikan di KeSEMaT, dan cukup berhasil dalam mengubah persepsi masyarakat, yang pada akhirnya mampu membuat kegiatan konservasi dan rehabilitasi mangrove yang dilakukan oleh warga pesisir menjadi lebih menarik dan massive,” kata Aris. "Alih-alih meminta mereka untuk menanam mangrove dengan tujuan ekologi, seperti mengatasi abrasi pantai, ajakan menanam mangrove agar mereka bisa membuat batik untuk dijual agar dapat meningkatkan pendapatan keluarga, kiranya lebih menarik," lanjutnya.
Keseluruhan rangkaian kegiatan berjalan dengan baik dan lancar, yang diharapkan dapat memberikan sudut pandang baru terhadap kondisi pesisir, khususnya eksistem mangrove dalam menghadapi krisis iklim, yang sampai saat ini masih terus terjadi sehingga memberikan dampak buruk kepada manusia.
Acara diakhiri dengan penutupan, pemberian doorprize dan foto bersama. (ADBS/AP).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar