Penelitian di Demak difokuskan kepada Hybrid Enginering (HE) yang dibangun di Timbulsloko, sedangkan di Semarang dikaji pemecah gelombang dari ban bekas yang dibangun di Tugu.
Pada hari pertama, mulai dari pagi hingga sore hari, bersama Bambang Jati Laksono (Staf Manajer Humas) dan Bagus R. D. Angga (Direktur Program), Chris berkunjung ke rumah Saeri di Timbulsloko. Saeri mengatakan bahwa HE mulai dibangun pada tahun 2017 di tujuh titik.
“HE ini dibangun untuk menangkap sedimen sehingga menciptakan area baru yang dapat dijadikan sebagai kawasan penanaman mangrove. Beberapa HE mampu membentuk sedimen sedalam 50 cm dan bahkan ditumbuhi Avicennia secara alami,” terang Saeri. “Selain itu, juga ada HE yang menjadi tempat hidup kerang secara alami sehingga sering diambil oleh warga,” tambahnya.
Munculnya proyek BwN mengubah Timbulsloko menjadi sedikit lebih baik karena berhasil melindungi kawasan pesisirnya dari ombak dan abrasi. Sebelum adanya BwN, belakang rumah Saeri terabrasi parah, namun sekarang mulai pulih kondisinya.
Penelitian kedua dilakukan dengan menemui Abdul Rofiq (Rofiq) yang merupakan salah satu pegiat mangrove di Tugurejo, Semarang. Kegiatan dimulai dari siang hingga sore hari. Rofiq menginformasikan mengenai perubahan kondisi lingkungan di Tugurejo, mulai dari dulu hingga sekarang.
“Pada tahun 2006, ada salah satu petani mangrove bernama Pak Pardi yang memiliki inisiatif membangun penahan ombak menggunakan ban-truk bekas untuk melawan abrasi, rob dan gelombang,” kisah Rofiq. “Penahan ombak tersebut cukup efektif bahkan Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang ikut memberikan bantuan untuk pembangunan lanjutannya,” imbuhnya.
Hingga saat ini, kondisi penahan ombak masih bekerja dengan baik sehingga dapat membantu mempertahankan mangrove di Tugurejo. Tugurejo juga memiliki Ekoeduwisata Mangrove yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakatnya.
“Ini pertama kali saya berkunjung ke wilayah ini. Sangat berbeda dari Timbulsloko yang kita kunjungi kemarin," ungkap Chris. "Di sini, tempatnya masih bagus dan saya lihat mangrove di sini juga lebih asri. Saya harap, mangrove di Tugurejo tetap dipertahankan dan dapat semakin sukses untuk tempat wisata mangrovenya,” lanjutnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Semarang Mangrove Center (SMC) untuk melakukan pemantauan mangrove yang merupakan program dari Mangrove Tag. (ADM/BJL).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar