"IKAMaT berawal dari sebuah organisasi mahasiswa di FPIK UNDIP, yaitu KeSEMaT. Berdiri sejak 2001, kemudian kami berkembang hingga memiliki perusahaan, yayasan, jaringan alumni dan volunter mangrove," jelas Arief.
"Kondisi ini membuat eksisting mangrove terancam. Terlebih, apabila kita melakukan kegiatan penanaman pada lokasi yang peruntukannya di masa yang akan datang bukan pada area konservasi mangrove, maka bisa jadi hasil kegiatan penanamannya tidak bisa berumur panjang," ungkap Ganis.
Arief menjelaskan bahwa IKAMaT bersama afiliasi mangrovenya juga telah banyak mengerjakan proyek rehabilitasi hutan mangrove di kawasan pesisir Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena adanya sinergitas yang baik dari semua pihak terkait pengelolaan mangrove.
"Tak hanya di Semarang saja, saat ini, kami juga sedang membantu program rehabilitasi mangrove di Jakarta bersama mitra di sana, dalam rangka pemulihan habitat kawasan konservasinya," ujarnya.
Acara bincang-bincang serius tapi santai ini diakhiri dengan penyampaian kesimpulan oleh pembawa acara. (GRE/AP/ADM/MW).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar