24.9.25

Kenalkan Ekosistem Mangrove dan Rehabilitasinya, IKAMaT Narasumber Pelatihan Penanaman dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Cilacap

Cilacap - IKAMaT.IKAMaT kembali diundang menjadi narasumber untuk memberikan edukasi mengenai pengertian, pengelolaan, dan rehabilitasi ekosistem mangrove. Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan oleh Perkumpulan Aliansi Relawan untuk Penyelamatan Alam (AruPA) didukung oleh Yayasan KEHATI dalam rangka mendukung rehabilitasi lahan kritis dan mangrove dan pelatihan penanaman dan pengelolaan untuk masyarakat pelestari mangrove di Desa Ayah, Kebumen dan Desa Karangbenda, Cilacap. (27–28/8/2025). 

Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari di kawasan Konservasi Penyu Nagaraja, Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap yang diikuti oleh sekitar 32 peserta yang berasal dari kelompok tani hutan dan kelompok mangrove yang berasal dari Desa Ayah, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen dan Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. 

Dalam kegiatan ini dilaksanakan beberapa kegiatan, diantaranya pre test, penyampaian materi, dan refleksi di hari pertama. Kemudian di hari kedua dilaksanakan pembekalan, field trip ke kawasan ekosistem mangrove, post test, dan presentasi serta diskusi dari kegiatan yang dilaksanakan. 

IKAMaT diwakili oleh Agape L. Anthoni (Staf Hubungan Masyarakat dan Lapangan) dan Rena Sagita (Staf Hubungan Masyarakat dan Lapangan) yang menyampaikan materi mengenai dasar-dasar mangrove, faktor pertumbuhan mangrove, dan praktik rehabilitasinya. 

Pada sesi pertama dan sesi kedua di hari pertama materi disampaikan oleh Agape yang menyampaikan mengenai pengertian, keanekaragaman, fungsi, karakter, dan tipe persebaran mangrove di wilayah peisisir sebagai suatu ekosistem, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi lanjutan berupa faktor-faktor pertumbuhan mangrove berupa habitat dan syarat hidupnya. 

“Mangrove merupakan tumbuhan pesisir yang hidup di daerah pasang surut air laut atau yang biasa disebut dengan zona intertidal. Mangrove hidup di habitat dengan karakteristik berlumpur dan berpasir dengan kelerengan lahan yang rendah dan hidup di daerah yang terlindung. Ekosistem mangrove juga memiliki berbagai syarat hidup yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekosistem mangrove itu sendiri,” jelas Agape. “Faktor pertumbuhan mangrove dapat dipengaruhi oleh faktor biofisik dan non-biofisik. Faktor biofisik merupakan faktor yang berasal dari komponen hidup dan fisik, seperti flora dan fauna di sekitar ekosistem mangrove serta substrat tempat hidup. Sementara faktor non-biofisik mengacu pada aspek lingkungan berupa fisika dan kimia, seperti pH atau derajat keasaman, salinitas, suhu, pasang surut, dan pengaruh dari lingkungan yang lain,” jelasnya lebih lanjut. 

Selanjutnya dilanjutkan pemaparan materi oleh Rena yang menyampaikan perencanaan, praktik rehabilitasi, dan pemanfaatan ekosistem mangrove sebagai produk mangrove non-kayu ataupun ekowisata mangrove. 

Pada hari kedua dilaksanakan kegiatan field trip di kawasan ekosistem mangrove di wilayah pesisir Desa Karangbenda. Para peserta melakukan kegiatan identifikasi spesies mangrove, fauna yang ditemukan, dan substrat yang ditemukan di kawasan ekosistem mangrove tersebut. 

Setelah itu, para peserta melaksanakan diskusi dari hasil temuan field trip yang telah dilaksanakan. Para peserta sangat antusias untuk menjelaskan hasil temuan yang ada dan saling membandingkan antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. 

Kegiatan berjalan dengan lancar dan sukses, serta ditutup dengan dokumentasi bersama dengan para peserta. (ADM/ARH/ALA/RS/AP).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar