4.3.22

Usulkan Mangrove Tag, IKAMaT Terpilih Jadi Top Innovator di UpLink World Economic Forum

Swiss - IKAMaT. Bangga sekali, IKAMaT terpilih menjadi Top Innovator di platform digital bernama UpLink yang digagas oleh World Economic Forum (WEF) atau Forum Ekonomi Dunia. Kabar ini disampaikan secara resmi oleh UpLink bertepatan dengan penyelenggaraan The Economic World Ocean Summit (2/3/22) yang digelar secara daring.

UpLink sendiri adalah sebuah platform inovasi yang diluncurkan di Davos, Swiss pada tahun 2020. Bermitra dengan Salesforce dan Deloitte, UpLink adalah platform digital yang fokus pada tantangan sebuah komunitas digital dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB.

Bagus R. D. Angga, selaku Direktur Program IKAMaT menyampaikan rasa bangganya karena Mangrove Tag terpilih menjadi salah satu inovator terpilih dari 12 inovator lainnya.

"Saya mengusulkan Mangrove Tag, yang sudah lama dikembangkan IKAMaT menjadi salah satu ide dalam Blue Carbon Challenge di UpLink," kata Bagus. "Alhamdulillah, ide ini berhasil terpilih sehingga menjadi salah satu pemenang dari 12 pemenang. Kami juga menjadi satu-satunya pemenang dari Indonesia," terangnya lebih lanjut.  

Berikut ini adalah daftar para pemenang Blue Carbon Challenge:

  1. Mikoko Pamoja Community Based Organization - Kenya.
  2. Blue Ventures - Inggris.
  3. Friendship Bangladesh - Bangladesh.
  4. Distributed Additive Manufacturing - Gambia.
  5. The Nature Conservancy in Latin America - Belize.
  6. Reforest’Action - Prancis.
  7. Kelp Forest Foundation - Belanda.
  8. Distant Imagery Solutions - Uni Emirat Arab.
  9. Silvestrum Climate Associates - Belanda.
  10. The Ocean Foundation - Meksiko.
  11. IKAMaT: Mangrove Tag - Indonesia.
  12. Solon Capital Partners - Sierra Leone.
Mangrove Tag sendiri adalah Patroli Pemantauan Ekosistem Mangrove dengan jargon Pantau Mangrove Kita! Mangrove Tag merupakan sebuah platform pemetaan-mangrove berbasis partisipasi masyarakat, yang mengumpulkan data dan fakta mangrove di lapangan, yang dikirimkan langsung oleh masyarakat.

Diinisiasi oleh Bagus Rahmattullah Dwi Angga dan Aris Priyono sejak tahun 2018, keduanya adalah Alumni KeSEMaT, Mangrove Tag mencoba menemukan solusi atas sulitnya mengetahui kondisi eksisting ekosistem mangrove secara real time.

Berada dibawah manajemen Mangrove Map, Mangrove Tag berusaha mengumpulkan informasi mangrove yang terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu (1) Jenis, (2) Penelitian, (3) Pembibitan, (4) Penanaman, (5) Pemantauan, (6) Ekowisata, (7) Kerusakan, (8) Penyulaman dan (9) Lainnya.

Materi utama yang dikirimkan kepada Mangrove Tag adalah foto atau video beserta koordinat lokasinya, sehingga narasi yang disertakan, hanyalah merupakan informasi tambahan.

Dengan konsep pendekatan seperti ini, maka diharapkan kedepan, Mangrove Tag dapat dijadikan salah satu acuan dalam memetakan potensi SDA mangrove di Indonesia, bahkan dunia. 

Setelah terpilih sebagai pemenang, maka UpLinks akan berusaha mencari solusi inovatif, dengan cara menghubungkan Mangrove Tag ke jaringan berpengaruh di dunia, dengan sumber daya yang mumpuni, untuk menskalakannya lebih lanjut. 

Sebagai informasi, UpLink berkembang pesat selama dua tahun pertamanya, sehingga saat ini telah menampung lebih dari 40.000 pengguna terdaftar, 3.000 lebih solusi dari pengusaha seluruh dunia, dan mengakui 250 Top Innovator yang menangani SDGs, termasuk IKAMaT.

Menurut Bagus, UpLink akan berupaya untuk mendukung dan menskalakan Mangrove Tag, untuk mempercepat dampaknya secara massive dalam rangka memajukan SDGs, melalui:

  1. Memaksimalkan visibilitas Mangrove Tag melalui promosi ke audiens WEF yang tercatat hingga 30 juta lebih.
  2. Menawarkan skema Mangrove Tag ke paparan global melalui partisipasi dalam WEF dan acara mitranya.
  3. Menawarkan skema Mangrove Tag agar mendapatkan fasilitasi dan investasi potensial dan peluang mendapatkan pendampingan dalam jaringan WEF.
  4. Menyediakan sesi pengembangan kapasitas Mangrove Tag di acara reguler WEF.

"Sejak didirikan, mitra UpLink telah memainkan peran penting dalam mengembangkan arsitektur teknologi, pengembangan platform, visi, model bisnis dan kerangka kerja yang berdampak luas," terang Bagus. "Semoga di masa depan, Mangrove Tag dari Indonesia akan menjadi platform yang berdampak global karena dapat digunakan dan diakses oleh seluruh umat manusia di dunia," pungkasnya. (ADM/BRDA/AP).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar