Dalam diskusi yang berlangsung di Sekretariat IKAMaT, para siswa mengungkapkan keprihatinannya terhadap kesalahpahaman yang masih terjadi di masyarakat. Banyak orang yang beranggapan bahwa penanaman mangrove di wilayah yang terdampak rob dapat mengatasi masalah rob itu sendiri. Padahal, persepsi tersebut tidak sepenuhnya benar.
Mangrove hanya dapat tumbuh di daerah yang mengalami pasang surut air laut, sementara di daerah rob, air menggenang secara terus-menerus sepanjang waktu. Kondisi ini justru berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup bibit mangrove yang ditanam.
Dalam kesempatan tersebut, para siswa meminta pendampingan dan saran dari tim IKAMaT untuk menyusun materi konten yang tepat, agar pesan yang disampaikan dalam video dokumenter mereka dapat lebih jelas dan informatif. Selain itu, IKAMaT juga memberikan arahan terkait teknis perekaman video di lapangan.
Diskusi yang berlangsung produktif ini mencakup beberapa hal penting, seperti pemilihan lokasi pengambilan gambar, teknik wawancara, dan cara penyajian informasi secara visual yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat.
Para siswa juga meminta IKAMaT untuk menjadi narasumber dalam video dokumenter mereka. Sebagai lembaga yang memiliki pengalaman dalam isu lingkungan dan konservasi, IKAMaT sangat antusias menerima permintaan tersebut.
Rencana wawancara dengan IKAMaT akan menjadi bagian penting dalam video tersebut, guna memberikan perspektif yang lebih mendalam tentang pentingnya pemahaman yang benar mengenai peran mangrove dalam menjaga ekosistem pesisir.
"Rob tidak berhubungan dengan mangrove. Justru, apabila mangrove ditanam di lokasi mangrove, maka mangrove itu akan mati," ujar Bagus R. D. Angga (Direktur Program). "Rob dapat diselesaikan, salah satunya dengan cara pengaturan pengambilan air tanah," lanjutnya.
Sebagai bagian dari dukungan, IKAMaT juga berkomitmen untuk mengadakan beberapa pertemuan intensif guna membahas setiap langkah kegiatan secara matang. Hal ini bertujuan agar para siswa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik dan memastikan bahwa video yang dihasilkan nantinya benar-benar memberikan edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Kami sangat berharap, melalui video dokumenter ini, kami bisa meluruskan stigma yang ada di masyarakat tentang penanaman mangrove. Penting untuk menanam mangrove di tempat dan ekosistem yang sesuai. Bibit mangrove hanya akan tumbuh dan berperan optimal jika ditanam di lingkungan yang tepat,” ujar Dion (siswa SMA Kolese Loyola).
Dengan adanya pendampingan dan kerja sama ini, diharapkan kompetisi videografi yang diikuti oleh para siswa dapat memberikan dampak positif dalam menyebarkan pemahaman yang benar mengenai mangrove dan rob.
Kegiatan ini sekaligus menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata dalam mendukung konservasi dan pemahaman yang lebih baik terkait isu-isu lingkungan di Indonesia. (ENBU/ADM).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar