Kegiatan ini, juga didukung oleh Kapala Magmagama UGM dan Geodesi Pecinta Alam UGM yang terbalut dalam program bernama "Ngatasi," sebuah proyek kolaborasi yang bertujuan untuk menanam bibit mangrove dan membersihkan pantai di Pantai Selatan, Kulon Progo.
Tujuan lain dari kegiatan penanaman mangrove ini adalah untuk membantu dibukanya kembali kawasan ini setelah lama terbengkalai akibat pandemi Covid-19. Kegiatan dibuka pada pukul 08.00 WIB oleh Alex, selaku perwakilan dari Sustain The Planet.
“Pada hari ini, kita akan bersama-sama membantu Bapak Warso untuk kembali menghidupkan dan mengaktifkan kegiatan wisata mangrove di Wana Tirta," kata Alex. "Kegiatan ini juga sebagai bentuk andil kita dalam menjaga dan melestarikan mangrove sebagai tumbuhan pelindung pesisir,” ujarnya lebih lanjut.
Warso, selaku ketua kelompok pengelola ekowisata mangrove di Wana Tirta mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para mahasiswa dan IKAMaT yang telah bersedia membantu Wana Tirta.
“Keberadaan mangrove di Wana Tirta memiliki posisi yang vital, dimana mangrove dapat turut berkontribusi dalam menahan angin dan gelombang besar Pantai Selatan di Kulon Progo,” ujar Warso. “Hal tersebut membuat kami yang memiliki pemukiman di belakangnya merasa dilindungi oleh mangrove. Maka dari itu, penanaman mangrove pagi ini, sangat berarti bagi kami,” tambahnya.
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman mangrove, IKAMaT didaulat untuk memberikan informasi mengenai metode penanaman bibit mangrove yang baik dan benar.
IKAMaT yang diwakili oleh Gagas Tri Pamungkas (Manajer Lapangan) menyampaikan bahwa IKAMaT bersama salah satu afiliasi mangrovenya, yaitu KeMANGTEER Jogja, telah lama berkolaborasi dengan Warso dalam melestarikan ekosistem mangrove di Wana Tirta.
“Afiliasi mangrove kami, yaitu KeMANGTEER Jogja merupakan basis dari komunitas mangrove di Jogja," jelas Gagas. "Mereka sudah sering berkegiatan di tempat ini. Kami hadir di sini, untuk memberikan dukungan, pendampingan dan bantuan kepada para pegiat mangrove yang mengelola mangrove di Wana Tirta,” lanjutnya.
Pada saat dilakukan aksi penanaman mangrove jenis Rhizophora sebanyak 200 buah, para peserta penanaman tampak senang. Banyak dari mereka yang baru pertama kali mengikuti kegiatan penanaman mangrove di lumpur.
“Saya kaget, ternyata menanam bibit tumbuhan mangrove di lumpur lebih susah bila dibandingkan dengan menanam bibit tumbuhan lain di darat," ujar Ignatia, selaku perwakilan mahasiswa UGM. "Di lumpur ini, saya sampai basah-basahan karena air pasang setinggi pinggul,” ujarnya lebih lanjut.
Keseluruhan kegiatan berjalan dengan baik dan lancar yang ditutup pada pukul 11.00 WIB dengan foto bersama. (ADM/FAN).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar